Tugas
pengantar bisnis

nama kelompok:yosua
priatama
Boyby
Hazel gunawan
Motivasi
dan kepemimpinan
A.kontak psikologi dalam organisasi
1.pada umumnya psikologi dikenal
terdiri dari 2 kata yang pyscho dan logos yang artinya adalah ilmu
jiwa .ilmu ini ditekankan kepada setiap orang /mahluk hidup yang
memiliki jiwa di dalamnya yang membuat dirinya berbeda dengan mahluk
yang tak hidup.
2.organisasi adalah suatu /sekumpulan
orang yang bekerja sama demi 1 tujuan yang sama dengan visi misi yang
sama pula dan kebanyakan bekerja tidak secara individual.setiap
organisasi memilikii kekhasan masing2 tidak dapat ditentukan batasan
batasan hanya pada setiap organisasi memiliki ketentuan serta
peraturan yang berbeda beda ini semua demi terwujudnya tujuan
bersama.
3.hubungan antara psikologi dan
organisasi adalah bidang metodologi yang menekankan pada perilaku
individu dalam pengaturan organisasi yang berfungsi organisasi
tersebut dapat mencapai tujuan dengan lebih optimal dan juga
organisasi tersebut dapat lebih maju ke depannya
.
B.pentingnya kepuasan dan semangat
kerja
1.kepuasan kerja adalah suatu
sifat/sikap yang dimiliki oleh manusia/mahluk hidup atas hasil kerja
yang telah diraih susah payah.secara merata sifat ini dimiliki oleh
setiap manusia tetapi sifatnya hanya sementara karena pada dasarnya
sifat manusia tidak akan pernah puas oleh suatu apapun .
2.semangat kerja merupakan suatu
keinginan dari diri manusia untuk melakukan suatu pekerjaan/kegiatan
yang mendatangkan profit bagi dirinya dan orang lain.jika manusia
memiliki semangat /etos kerja yang baik maka manusia tersebut akan
meraih hasil yang baik pula ,setidaknya semangat kerja wajib
ditanamkan sejak dini di setiap sifat manusia pada awalnya.
3.kepuasan dan semangat kerja saling
berhubungan karena sebelum mencapai kepuasan kerja seseorang
membutuhkan semangat kerja/etos kerja yang lebih tidak hanya terima
apa adanya.
c.motivasi di lingkungan kerja
- Lingkungan kerja dan pekerja adalah hal yang tidak terpisahkan, lingkungan kerja yang nyaman akan membuat pekerja betah tinggal di perusahaan tersebut. Banyak karyawan yang menghabiskan waktunya untuk bekerja pada perusahaan tertentu hingga pulugan tahun, alasannya bukan hanya karena mereka mendapatkan gaji yang besar, namun mereka juga merasakan kenyamanan saat bekerja di perusahaannya.
- Saat
lingkungan kerja benar-benar tidak nyaman, hal ini dirasakan oleh
satu atau beberapa orang karyawan, maka mereka bsia saja pergi
dari perusahaan. Lingkungan kerja sangat penting untuk menunjang
karyawan dalam menjalankan tugas atau pekerjaan mereka. Hampir
semua karyawan menginginkan lingkungan kerja yang baik agar mereka
merasa betah dan nyaman saat bekerja.
- Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya didalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Faktor-faktor lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut :
a) Pewarnaan
b) Penerangan
c) Udara
d) Suara bising
e) Ruang gerak
f) Keamanan
g) Kebersihan - pada intinya lingkungan kerja sangat dibutuhkan bagi karyawan/pekerja demi menunjang kerja yang lebih optimal dan nyaman yang membuat pekerja betah untuk bekerja
D.strategi untuk meningktkan kepuasan
dan semangat kerja
ada
beberapa faktor untuk menignkatan kepuasan dan semangat kerja:
Pekerjaan
itu sendiri (Work It self), Setiap pekerjaan memerlukan suatu
keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar
tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan
atau mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5. Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
2. Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5. Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Dalam suatu organisasi formal, motivasi merupakan tugas seorang pimpinan untuk membuat karyawan melakukan apa yang harus dilakukan. Pimpinan dapat memotivasi karyawan dengan berbagai cara, diantaranya:
1 Menginspirasi, yaitu dengan memasukkan semangat ke dalam diri orang agar bersedia melakukan sesuatu dengan efektif. Orang diinspirasi melalui kepribadian pimpinan, keteladanannya, dan pekerjaan yang dilakukannya secara sadar atau tidak sadar.
2Mendorong, yaitu dengan merangsang orang untuk melakukan apa saja yang harus dilakukan melalui pujian, persetujuan dan bantuan.
3Mendesak, yaitu membuat orang merasa harus melakukan apa yang harus dilakukan dengan sesuatu cara, termasuk paksaan, kekerasan dan ancaman jika perlu. Namun, motivasi jenis ini sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman dan bersifat negatif karena karyawan bekerja disebabkan adanya paksaan tanpa ada motif dari dirinya sendiri.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh pimpinan dalam menumbuhkan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan, diantaranya:
1 Memberikan kepada karyawan keterangan yang mereka perlukan untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik;
2 Memberikan kesempatan umpan balik secara teratur;
3 Meminta masukan dari karyawan dan melibatkan mereka di dalam keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka;
4 Membuat saluran komunikasi yang mudah dipergunakan, sehingga karyawan dapat menggunakannya untuk mengutarakan pertanyaan/kehawatiran mereka dan memperoleh jawaban;
5Belajar dari para karyawan itu sendiri apa yang memotivasi mereka;
6 Menghargai karyawan karena pekerjaan mereka yang baik secara umum;
7 Terus menerus memelihara hubungan dengan karyawan yang dbawahi;
8 Memberi selamat secara pribadi kepada karyawan yang melakukan pekerjaan dengan baik;
E.teori
modifikasi perilaku
pada
teori ini terdiri dari beberapa manajemen:
1.manajemen
partisipatif
2.manajemen
berdasarkan tujuan
3.manajemen
tim
4.pengayaaan
pekerjaan dan perancanaan ulang pekerjaan
5.jadwal
kerja yang dimodifikasi
1a
Partisipasi
merupakan terlibatnya seseorang orang secara mental dan emosional di
dalam satu kelompok yang merangsang mereka untuk berkontribusi kepada
tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab untuk apa yang dihasilkan
(Manuaba, 1994).Pertamadalah keberadaan manusia itu sendiri. Dalam
literatur jawa disebutkan “diuwongke
Dari
pengertian umum tentang manajemen dan partisipasi, dapat ditarik
kesimpulan bahawa manajemen partisipatif adalah pendekakan dalam
menjalankan tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian sumber daya
manusia dan sumberdaya lainnya untuk menentukan serta mencapai
sasaran yang telah ditentukan melaui komunikasi intraktif sehingga
terbangun pengertian dan kepercayaan antara pimpinan dan bawahan.
Kata-kata kuncinya adalah membangun komunikasi untuk menciptakan rasa
saling percaya antara pimpinan / manajer dengan bawahan.
1.b manajemen
partisipatif umumnya cenderung untuk:
1.Meningkatkan
derajat perasaan anggota atau kesatuan yang memiliki partisipan dalam
organisasi
2.Mendorong
partisipan berfikir dalam kerangka organisasi secara menyeluruh tidak
terbatas pada lingkup bagiannya yang sempit
3.Menurunkan
tingkat konflik, permusuhan dan persaingan diantara pastisipan
4.Meningkatkan
pengertian antar individu, terutama sifat-sifat toleransi dan
kesadaran
5.Meningkatkan
pengungkapan kebebasan individu mengenai kepribadiannya yang
menyebabkan bawahannya merasa terikat oleh organisasi, karena
kepribadiannya membutuhkan pengalaman kerja yang menyenangkan
6.Mengembangkan
iklim kerja yang kreatif dan yang menguntungkan
1Csyarat-syarat
partisipasi antara lain:
1.Diperlukan
banyak waktu sebelum pelaksanaan, partisipasi tidak bakal terjadi
dalam keadaaan mendadak
2.Biaya
partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan lainnya
3.Subyek
partisipasi harus relevan dengan organisasi partisipasi sesuatu yang
akan menarik perhatian partisipan
4.Partisipasi
harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk
partisipasi aktif
5.Partisipasi
harus mampu berkomunikasi untuk dapat saling tukar infomasi atau
gagasan
6.tdak
seorangpun dalam organisasi yang terancam oleh bentuk peran serta
tersebut
7.Partisipasi
untuk memutuskan arah tindakan pada sebuah organisasi hanya dapat
menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok
2a.Intisari
dari sistem MBO terletak pada penetapan sasaran umum oleh para
manajer dan bawahannya
yang bekerja sama-sama. Setiap bidang tanggung jawab utama seseorang
ditetapkan dengan jelas dipandang dari segi hasil-hasil yang
diharapkan yang dapat diukur (tujuan dan objektifnya). Tujuan ini
digunakan oleh para bawahan dalam merencanakan pekerjaan mereka serta
oleh para bawahan dan atasan mereka untuk memonitor kemajuan.
Penilaian atas unjuk kerja (performance apprasial) dilakukan
bersama-sama atas dasar kesinambungan, dengan ketentuan untuk
peninjauan kembali secara berkala dan teratur.
Dalam
bukunya The Practice of Management, Drucker memperbandingkan
manajement by objectives dengan management by drives (manajemen
berdasarkan dorongan). Ia menggunakan istilah yang kedua untuk
melukiskan tanggapan atau respon organisasi terhadap tekanan keuangan
atau pasar yang baru dengan “dorongan penghematan” (economy
drive) atau “dorongan produksi” (production drive). Dalam
praktek, hal ini menghasilkan sutau perbaikan yang hanya bersifat
sementara. Biasanya manajemen hanya menghasilkan ketidak-efisienan
yang lebih besar dan ketidak-puasan yang lebih banyak atau lebih
baik.
Sebaliknya,
dalam MBO, perencanaan efektif tergantung sampai sejauh mana manajer
menetapkan dengan jelas tujuan yang berlaku secara khusus bagi
fungsinya di dalam perusahaan. Tujuan setiap manajer juga harus
memberikan sumbangan pada tujuan dari pimpinan yang lebih tinggi dan
tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penentuan tujuan ini memberikan
fokus yang tajam bagi semua kegiatan manajerial.
Bagaimana
tujuan ini dicapai merupakan hal yang sangat penting. Seperti
dijelaskan oleh Drucker, para manajer harus menetapkan tujuan-tujuan
mereka sendiri, atau setidak-tidaknya, aktif terlibat dalam proses
penetapan tujuan. Penetapan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu kepada para manajer menghadapi resiko yang sangat nyata, yaitu
mereka mungkin akan menolak untuk bekerja sama atau hanya berusaha
dengan setengah hati untuk melaksanakan tujuan-tujuan orang lain.
Di
samping itu, Drucker menyarankan agar para manajer pada setiap
tingkatan hrus berperan serta dalam menetapkan tujuan yang lebih luas
dari perusahaan dan bagaimana tujuan khusus berkaitan dengan gambaran
secara keseluruhan.
Bagi
Drucker, hubungan antara tujuan-tujuan individu dengan sasaran umum
adalah sangat penting. Tujuan utama dari pelaksaan MBO untuk mencapai
pelak sanaan yang efektif dari keseluruhan organisasi
melalui pelaksanaan yang efisien dan integrasi bagian-bagiannya.
Sebaliknya,
Douglas McGregor, lebih menginginkan MBO karena bernilai sebagai
suatu sistem perencanaan dan sistem penilaian hasil pelaksaan. Ia
menyarankan agar para manajer secara individu, setelah mempunyai kata
sepakat mengenai tanggung jawab dari pekerjaan pokok mereka dengan
atasan alangsung mereka, menetapkan tujuan hasil pelaksanaan mereka
sendiri untuk jangka waktu yang pendek, misalnya
enam bulan.
Jadi, mereka juga bertanggung jawab untuk membuat rencana khusus
untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Pada akhir dari jangka waktu
itu, setiap manajer mengadakan penilaian sendiri yang kemudian
dibahas dengan atasan, dan kemudian mentapkan tujan-tujuan baru untuk
jangka waktu berikutnya. Dengan cara demikian kergu-raguan dan
ketegangan yang sering menyertai jenis-jenis lain dari program
penilaian dapat dikurangi.
MBO
dalam paraktek. Hampir 30 tahun telah lewat sejak Drucker
memperkenalkan konsep MBO. Pada tahun-tahun terkhir banyak penulis
manajemen telah memperluas gagasan ini berdasarkan tema dari Drucker.
Tetapi apakah MBO telah menjadi pendekatan yang mantap bagi
perusahaan Amerika?
MBO
disoroti dalam majalah profesional yang meniulis bahwa dalam suatu
survey nasional yang dilakukan oleh empat perusahaan konsultan, MBO
adalah salah satu dari 13 teknik manajemen yang digunakan dalam
industri, misalnya elektronic data processing, sistem informasi
manajemen (management information systems), pengembangan organisasi
(organizational develoipment), dan pembiayaan langsung (direct
costing).
2b.Proses
MBO
Walaupun
penekanan dan metodenya sangat berbeda-beda, tetapi hampir semua
program MBO yang efektif meliputi unsur-unsur, sebagai berikut:
a.kesepakatan
terhadap pendekatan pada semua tingkat organisasi.
b.penetapan
sasaran dan perencanaan yang efektif oleh pimpinan puncak.
c.penetapan
sasaran-sasaran individual yang berkaitan dengan sasaran organisasi
oleh para manajer dan bawahan.
d.otonomi
yang luas dalam pengembangan dan pemilihan sarana untuk mencapai
tujuan.
e.Tinjauan
teratur atas unjuk kerja (performance) dalam hubungannya dengan
tujuan.
2c.kelemahan2
mbo
Kategori
yang kedua meliputi beberapa masalah penting yang harus dikendalikan
bila program itu tidak berhasil, yaitu:
- Gaya dan dukungan pimpinan
bila
para manajer puncak lebih menyukai pendekatan yang otoriter dan
pengambilan keputusan yang terpusat, maka mereka akan memerlukan
pendidikan kembali secara serius sebelum dapat melaksanakan program
MBO.
- Adaptasi dan perubahan
MBO
mungkin memerlukan banyak perubahan dalam struktur organisasi, pola
wewenang dan prosedur pengendalian. Para manajer harus mendukung
perubahan-perubahan ini. Mereka yang berperan serta hanya karena
terpaksa untuk mendukung organisasi itu akan dengan mudah menyebabkan
kegagalan program tersebut.
- Kecakapan hubungan antarpribadi (interpersonal skill)
penetapan
tujuan dan proses pengkajian kembali oleh manajer dan bawahan
memerlukan tingkat kecakapan yang tinggi dalam hubungan antarpribadi.
Banyak manajer yang tidak mempunyai pengalaman sebelumnya atau
kemampuan yang lazim dalam bidang ini. Pendidikan dalam pembibingan
dan wawancara mungkin diperlukan.
- Uraian tugas (job description)
penggunaan
daftar khusus dari tujuan dan tanggung jawab individu adalah sulit
dan menghabiskan waktu. Di samping itu uraian tugas harus dikaji
kembali dan direvisi karena keadaan dalam organisasi berubah. Hal ini
terutama penting selama taraf pelaksanaan, bila dampak dari sistem
MBO sendiri dapat menyebabkan perubahan dalam tugas dan tanggung
jawab pada tiap tingkat.
- Penetapan dan pengkoordinasian tujuan
penyusunan
sasaran yang penuh tantangan tetapi realistis sering merupakan sumber
kekacauan bagi para manajer. Mungkin terdapat kesulitan dalam membuat
tujuan itu dapat diukur, dalam menemukan jalur yang baik antara
sasaran yang terlalu mudah dan tidak mungkin dalam melukiskan tujuan
secara jelas dan tepat. Tambahan pula, mungkin sulit
mengkoordinasikan seluruh tujuan organisasi dengan kebutuhan pribadi
dan tujuan-tujuan individu.
3a.team
Work berasal dari bahasa asing terdiri dari dua suku kata Team
dan Work.Timadalah
sekumpulan orang berakal yang terdiri atas dua, lima, hingga dua
puluh orang dan memenuhi syarat terpenuhinya kesepahaman sehingga
terbentuk sinergi antar berbagai aktifitas yang dilakukan
anggotanya.gWork(kerja)
kegiatan yang dijalankan oleh tiap individu yang telah terpenuhinya
syarat kesepahaman di dalam tim itu sendiri.
3b.Sebagian
pendapat menyatakan bahwa jumlah ideal bagi sebuah tim kerja terdiri
atas tiga hingga sepuluh orang, bergantung pada pembentukan tim dan
fungsi yang dibutuhkan. Karena tim dapat memberikan kontribusi
optimal dan berkesinambungan antara anggota, ekspresi pribadi masih
tetap terbuka bagi setiap anggota tim, dan dapat dengan mudah membagi
tugas tanpa kehilangan visi integrative seputar pekerjaan dan tugas.
Di sisi lain dapat memecahkan berbagi masalah structural internal
tim.
Jika
tujuan dan fungsi sangat sulit dan menuntut kemahiran yang tinggi,
jumlah anggota tim ideal sebaiknya terdiri atas enam hingga dua belas
orang anggota. Agar setiap anggota mendapatkan tugas atau pekerjaan
yang menjadi wewenangnya. Sebaiknya, penujukan dan penugasan untuk
sebagian tugas kepada divisi-divisi kecil yang merupakan penjabaran
dari tim yang besar tadi.
Berdasarkan
kajian di atas, terdapat beberapa masalah mengenai jumlah anggota
tim, diantaranya adalah:
- Semakin besar jumlah anggota tim komunikasi semakin kompleks dan sulit, kondisi seperti ini membuat upaya untuk menyamakan persepsi semakin minim.
- Semakin besar jumlah tim, focus terhadap masalah pribadi dapat mengalahkan keutuhan agenda tim yang telah terprogram.
- Dalam tim yang terlalu kecil, gap akan muncul dan diskusi akan melebar dari focus utama yang dibahas dalam forum.
- Dalam jumlah tim yang seimbang, terjadi kesulitan mendapatkan suara mayoritas. Celah gap pun semakin terbuka lebar. Oleh karena itu, disarankan anggota tim bersifat individual.
Rangkaian
di atas mencerminkan sikap yang fleksibel dalam menentukan jumlah
anggota tim yang ideal dalam sebuah tugas kerja .Berikut ini beberapa
prinsip yang harus diambil dan menjadi konsideran sebelum menentukan
jumlah anggota tim:
- Karakteristik pemimpin tim, baik dari segi psikis maupun fisik .
- Karakteristik anggota tim berdasarkan kapabilitas dan semangat bekerja .
- Sejauh mana seorang pemimpin menyediakan waktu bagi dirinya untuk melakukan tugas nonmanajerial dan manajerial.
- Tabiat pekerjaan yang ditinjau dari segi kompleksitas dan kesederhanaannya.
- Gaya manajerial, dari segi pembagian tugas, apakah focus pada implementasi kebijakan dan anggaran untuk membuat program dari pada mementingkan kepentingan pribadi.
3c.KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN
I.
Kelebihan
Dalam
buku ini dibahas beberapa syarat dan ketentuan yang perlu dipenuhi
dalam membentuk suatu tim, serta methode yang digunakan untuk
menjalankannya, juga disertai dengan tips yang mendukung kelangsungan
tim tersebut. Diantaranya ialah, sifat-sifat kepemimpinan, jumlah tim
yang ideal sesuai dengan besar dan ruang lingkupnya, mengelola kerja
tim dan interaksi antar anggotanya, kiat menjaga loyalitas team
work dan mengoptimalkannya.
Selain
itu , dalam buku ini juga terdapat rujukan dari tiga sudut pandang
yang dapat dijadikan referensi. Pertama, ciri manajemen Jepang yang
memfokuskan pada sitem kerja kolektif yang melibatkan semua unsur di
dalam tim sehingga setiap anggota merasa memiliki dan menjadi bagian
dari tim tersebut, hingga pelaksanaannya menjadi lebih mudah dan
terarah karena setiap anggota diberikan wewenang dan tanggung jawab
menurut kemampuannya. Kedua, ciri manajemen Amerika yang lebih
menekankan pada kemapuan skill individu, sehingga setiap individu
lebih siap dan tahan banting dalam memhadapi masalah tim. Tetapi
tidak terlalu menekankan sinergi antar tim tersebut. Ketiga, Sudut
pandang dunua islam yang memadukan kedua unsur tersebut hingga
tercipta individu yang handal dengan sinegi positif antar anggota tim
yang semakin memperkuat pelaksanaan tim dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan..
Buku
ini juga dilengkapi dengan ilustrasi gambar, sehingga para pembacanya
tidak terlalu jenuh. Selain itu, gambar yang disuguhkan dapat
mempermudah pembaca dalam memahami isi buku tanpa perlu membacanya
berulang-ulang. Maka, buku ini sangat cocok dijadikan referensi bagi
kalangan pemula yang ingin menjalankan suatu kerja kolektif dengan
sinergi antar anggota di dalamnya.
II,
Kekurangan
Dalam
buku ini juga masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu
dilengakapi dengan pedoman lain untuk memantapkan pelaksanaan suatu
kerja kolektif atauteam
work.Diantaranya,
pembahasannya masih dalam skala umum atau garis besar yang kurang
menyeluruh dan mendetail mengenai metode dan langkah-langkah yang
perlu diambil dalam menjalankan suatu kerja kolektif. Bahasa yang
digunakan dalam pembahasannya juga kurang familiar,
sehingga cukup menyulitkan bagi sebagian kalangan terutama para
pemula yang ingin menjalankan suatu kerja kolektif dengan sinergi
yang tepat bagi setiap anggota tim.
Selain
itu juga terdapat beberapa kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan
yang terlalu benyak dari pada pembahasan tentan team
work itu
sendiri. Yang terkadang dapat membingungkan karena tanpa disertainya
jawaban yang mungkin dapat membantu para pembaca lebih baik lagi.
4a.Seorang
pegawai yang bekerja pada suatu perusahaan biasanya akan mengalami
kenaikan jabatan yang diikuti dengan penambahan tanggung jawab
terhadap pekerjaan. Hal tersebut dinamakanjob
enrichment,berikut
beberapa definisi mengenai job
enrichment:
Pengayaan
Pekerjaan(job
enrichment)merupakan
penambahan pekerjaan melalui peningkatan kewenangan. Dalam pengayaan
pekerjaan, pekerjaan tertentu menjadi lebih besar tanggung jawabnya,
biasanya dikaitkan dengan proses perencanaan maupun evaluasi
pekerjaan, menurut Dian Wijayanto (2012).
Selain
itu, Stphen mengatakan bahwaJob
enrichmentadalah
mengacu pada pengembangan vertikal dari pekerjaan. Penambahan ini
meningkatkan sejauh mana pekerja itu mengendalikan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari kerjanya. Suatu pekerjaan yang
diperkaya mengorganisasi tugas-tugas sedemikian sehingga memungkinkan
pekerjaan itu untuk melakukan kegiatan lengkap, menigkatkan kebebasan
dan ketidak tergantungan karyawan itu, meningkatkan tanggung jawab
dan memberikan umpan balik sehingga seorang individu akan mampu
menilai dan megoreksi kinerjanya sendiri.
4b
langkah langkah
design
pekerjaan
untuk pengayaan pekerjaan
Begitu
banyak pekerjaan sangat membosankan dan monoton dan apa yang dapat
dilakukan untuk membuat pekerjaan yang ditawarkan lebih memuaskan,
dengan mengurangi biaya perekrutan, meningkatkan retensi staff yang
berpengalaman dan memotivasi mereka untuk tampil di tingkat yang
tinggi. Salah satu faktor kunci dalam design pengayaan pekerjaan(job
enrichment)menurut
Stphen P. Robbins (2003), sebagai berikut:
- Menggabungkan Tugas
Gabungan
berbagai bentuk aktivitas kerja untuk memberikan yang lebih menantang
dan kompleks pada tugas pekerjaan. Hal ini memungkinkan pekerja untuk
menggunakan berbagai macam keterampilan, variasi tugas yang dapat
membuat pekerjaan terasa lebih bermakna dan penting. Hal ini
meningkatkan keanekaragaman dan identitas tugas.
- Menciptakan Unit Kerja Alami
Salah
satu cara memperkaya pekerjaan adalah melalui pembentukan unit kerja
yang alami dimana pegawai mendapatkan kepemilikan pekerjaan. Unit
kerja berarti bahwa tugas pekerja dilakukan sama, mengartikan dan
mengidentifikasi seluruhnya. Kenaikan pekerjaan pada setiap pekerja
menunjukkan kemungkinan bahwa pekerja akan meninjau pekerjaannya yang
berarti dan penting yang tidak begitu relevan dan membosankan.
- Menampilkan Hubungan Pelanggan
Pekerja
sangat jarang kontak dengan pengguna produk ataupun jasanya. Jika
hubungan tersebut dapat dibangun, komitmen kerja dan motivasi
biasanya akan meningkat. Hal ini meningkatkan keanekaragaman otonomi,
dan umpan balik bagi karyawan.
- Memperluas Pekerjaan Vertikal
Ketika
kesenjangan (gap)
antara “melakukan” dan “mengontrol” dikurangi“vertical
loading”terjadi,
khususnya tanggung jawab yang sebelumnya merupakan tanggung jawab
manajemen sekarang didelegasikan kepada pegawai sebagai bagian dari
pekerjaan mereka. Ketika pekerjaan dibebani secara vertikal, otonomi
naik, pekerja merasa tanggung jawab personal dan akuntabilitas
untukoutcomes/dampak
dari usaha mereka.
- Membuka SaluranFeedback
Dengan
meningkatkan umpan balik, pekerja tidak hanya belajar bagaimana
sebaiknya mereka menyamakan pekerjaannya, tetapi hanya dengan
memeperbaiki kinerja mereka, memperburuk atau mengulang pada tingkat
yang tetap. Idealnya umpan balik ini menyangkut kinerja yang dapat
diterima langsung seperti pekerja melakukan pekerjaannya dan perlu
kebiasaan dasar manajemen.
4c.perencanaan
ulang pekerjaan(analisa pekerjaan)
Analisa
Jabatan (Job
Analysis)
Jabatan
atau pekerjaan merupakan hal yang penting dalam organisasi untuk
mencapai tujuannya. MSDM membutuhkan informasi tentang keseluruhan
jabatan yang ada di perusahaan dan jabatan perlu didesain agar dapat
memotivasi kinerja para anggotanya.
Jabatan
sering disebut juga sebagai pekerjaan disamping sebagai status dalam
organisasi merupakan sekumpulan tugas-tugas yang harus dilakukan.
Jabatan menjadi hal yang penting karena hal itu menunjukkan
kompetensi yang harus dimiliki, dan menjadi alat untuk mencapai
tujuan organisasi, dan menjadi obyek penting yang harus diperhatikan.
Analisa
jabatan atau job
analysis merupakan
pencarian informasi tentang jabatan yang ada. Tujuan analisa jabatan
adalah untuk menentukan/memperbaharui informasi analisa jabatan (job
description, job specification, job performance standard),
untuk tujuan-tujuan khusus misalnya, untuk evaluasi kompensasi,
perancangan ulang pekerjaan, dan lain-lain. Informasi analisis
jabatan diantaranya :
- Job Description : pernyataan tertulis yang menjelaskan tugas-tugas, tanggung jawab, kondisi kerja, dan aspek yang lainnya.
- Job Specification : persyaratan atau karakteristik orang yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan (pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan ciri fisik dan mental).
- Job Performance Standard : Bagaimana kinerja diukur (target yang harus dicapai, sikap, dan perilaku kerja).
5a.jadwal
kerja yang dimodifikasi
Pengertian
Adalah proses dimana tingkah laku diperkuat oleh konsekuensi yang segera mengikuti tingkah laku tersebut. Saat sebuah tingkah laku mengalami penguatan maka tingkah laku tersebut akan cenderung untuk muncul kembali pada masa mendatang.
Contoh:
- Pada percobaan yang dilakukan oleh Thorndike (tahun 1911), Ia meletakkan seekor kucing yang lapar pada sebuah kandang. Di sisi luar kandang yang dapat dilihat oleh kucing, Thorndike meletakkan makanan. Pintu kandang akan terbuka jika kucing memukul tuas yang ada pada pintu. Pintu tidak akan terbuka kecuali kucing dapat memukul tuas tersebut. Setelah melakukan beberapa gerakan, akhirnya kucing dapat memukul tuas tersebut dan akhirnya pintu terbuka sehingga kucing tersebut dapat mengambil makanan tersebut. Perlakuan yang sama dilakukan pada waktu yang berbeda dan ternyata kucing dengan segera mampu membuka pintu kandang dengan memukul tuas yang ada.
Pada
contoh ini, kucing tersebut akan cenderung untuk memukul tuas saat
ini dimasukkan kedalam kandang, karena tingkah laku tersebuat segera
menghasilkan akibat terbukanya pintu dan kucing dapat mengambil
makanan yang ada. Mengambil makanan (pada kucing yang lapar tersebut)
merupakan konsekuensi yang reinforced (memperkuat) tingkah laku
kucing memukul tuas yang ada.
F.gaya
manajerial dan kepemimpianan
1.gaya
gaya manajerial
2.pendekatan kontingensi terhadapa kepemimpinan
2.pendekatan kontingensi terhadapa kepemimpinan
3.motivasi
dan kepemimpinan pada abad 21
1a.jenis2
gaya manajerial
Gaya Kepemimpinan Otokratis
Dalam
Gaya Kepemimpinan Otokratis, seorang Pemimpin atau Manajer Otokratis
tidak memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada bawahan.
Pengambilan Keputusan dengan gaya kepemimpinan Otokratis ini biasanya
tidak melakukan konsultasi atau mendengarkan gagasan dari bawahan
terlebih dahulu. Gaya kepemimpinan ini sangat berguna pada saat
keputusan harus diambil secepatnya atau ketika keputusan tersebut
tidak memerlukan masukan maupun kesepakatan dengan tim atau
bawahannya. Manajer atau Pemimpin yang menggunakan gaya otokratis ini
harus memiliki keahlian pada bidang dimana dia harus mengambil
keputusan dan kemampuan dalam mempengaruhi anggota Tim ataupun
bawahannya untuk bekerjasama agar tercapainya tujuan yang
dikehendakinya.
Namun
di sisi negatifnya, anggota Tim atau bawahannya akan merasa tidak
dihargai sehingga berkurangnya motivasi kerja dan mengakibatkan
tingginya tingkat absensi dan pertukaran karyawan.
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Dalam
Gaya Kepemimpinan Demokratis, Seorang Pemimpin atau Manajer biasanya
meminta pendapat atau nasehat dari anggota Tim atau bawahannya
sebelum mengambil keputusan. Anggota Tim ataupun bawahannya didorong
untuk lebih kreatif dan diberi kesempatan untuk menyampaikan saran
atau gagasan mereka meskipun keputusan terakhir masih berada di
tangan Manajernya. Keputusan terakhir yang diambil pada dasarnya
merupakan kesepakatan dari anggota tim dengan pemimpinnya atau
bawahan dengan manajernya.
Karyawan
atau anggota Tim yang bekerja dibawah gaya kepemimpinan manajemen
Demokratis ini cenderung lebih bersemangat dan memiliki kepuasan
kerja dan produktivitas yang tinggi. Namun disis negatifnya, gaya
kepemimpinan Demokratis ini akan kurang efektif jika dihadapi dengan
permasalahan atau situasi yang mengharuskan pemimpin atau manajernya
mengambil keputusan yang cepat.
Gaya Kepemimpinan Laissez-faire
Dalam Manajemen yang mengadopsi Gaya Kepemimpinan Laissez-faire, Manajer atau Pemimpin akan memberikan bawahan kebebasan penuh dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tugas yang dikerjakannya dan tentunya dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh Manajer mereka. Para Manajer akan memberikan pendapat dan bimbingan ataupun sumber daya lainnya jika diperlukan.
Gaya
Kepemimpinan Laissez-faire ini menghasilkan motivasi dan kepuasan
kerja karyawan yang tinggi. Namun akan berdampak negatif bagi bawahan
yang tidak dapat mengatur waktunya dengan baik dan bagi mereka yang
tidak memiliki keahlian serta pengetahuan yang cukup dalam
mengerjakan tugasnya.
2.a
I.
Definisi
Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisi situasional. Salah seorang penulis manajemen kontingensi yang bernama Fred Luthans menyatakan, “pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen, tidak salah atau keliru, tetapi dewasa ini mereka tidak terlampau cocok. Terobosan baru terhadap teori dan praktik manajemen dapat kita temukan pada pendekatan kontingensi.”
Apabila dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalah merupakan suatu upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana yang paling cocok dan tepat dalam situasi-situasi tertentu.
Maka menurut pendekatan kontingensi situai-situasi yang berbeda mengharuskan adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.
2B parameter pendekatan kontingensi
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisi situasional. Salah seorang penulis manajemen kontingensi yang bernama Fred Luthans menyatakan, “pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen, tidak salah atau keliru, tetapi dewasa ini mereka tidak terlampau cocok. Terobosan baru terhadap teori dan praktik manajemen dapat kita temukan pada pendekatan kontingensi.”
Apabila dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalah merupakan suatu upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana yang paling cocok dan tepat dalam situasi-situasi tertentu.
Maka menurut pendekatan kontingensi situai-situasi yang berbeda mengharuskan adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.
2B parameter pendekatan kontingensi
ada
bagian ujung dari spectrum (parameter pendekatan kontingensi) teori X
dan teori Y hanya memanfaatkan dua macam faktor :
a. Pekerjaan
b. Sifat manusia sebagai parameter organisasi
Raymond A. Katzell dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Contrasting System Work Organization”, mengemukakan adanya lima macam parameter situasional :
a. Besar kecilnya organisasi yang bersangkutan
b. Tingkat interaksi dan interpendansi para anggota organisasi
c. Kepribadian para anggota organisasi
d. Tingkat kongruensi atau disparitas antara tujuan organisasi dan tujuan para karyawan organisasi yang bersangkutan
e. Siapa saja dalam organisasi yang bersangkutan memiliki kemampuan dan motivasi yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan-tindakan guna mencapai sasaran organisasi tersebut.
a. Pekerjaan
b. Sifat manusia sebagai parameter organisasi
Raymond A. Katzell dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Contrasting System Work Organization”, mengemukakan adanya lima macam parameter situasional :
a. Besar kecilnya organisasi yang bersangkutan
b. Tingkat interaksi dan interpendansi para anggota organisasi
c. Kepribadian para anggota organisasi
d. Tingkat kongruensi atau disparitas antara tujuan organisasi dan tujuan para karyawan organisasi yang bersangkutan
e. Siapa saja dalam organisasi yang bersangkutan memiliki kemampuan dan motivasi yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan-tindakan guna mencapai sasaran organisasi tersebut.
3.abad21
ditandai globalisasi, kehidupan manusia telah mengalami
perubahan-perubahan fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan
dalam abad sebelumnya. Perubahan-perubahan besar dan mendasar
tersebut menuntut penanganan yang berbeda dengan sebelumnya. Peter
Senge (1994) menyatakan bahwa ke depan keadaan berubah dan berkembang
dari detail complexity menjadi dynamic complexity. Interpolasi
perkembangan sebagai dasar perkiraan masa depan, menjadi sulit bahkan
sering salah, bukan saja karena parameter perubahan menjadi sangat
banyak, tetapi juga karena sensitivitas perubahan yang laian dalam
lingkup yang luas, dan masing-masing perubahan menjadi sulit
diperkirakan. Abad ke-21 juga abad yang menuntut dalam segala usaha
dan hasil kerja manusia termasuk di bidang
kepemimpinan. Drucker bahkan
menyatakan, tantangan manajemen pada Abad ke-21 adalah berkaitan
dengan “knowledge
worker“,
yang memerlukan paradigma manajemen baru, strategi baru, pemimpin
perubahan, tantangan informasi, produktivitas pegawai berbasis
pengetahuan, dan kemampuan mengelola diri sendiri (Drucker, 1999).
Gelombang
globalisasi itu sendiri selain menghadapkan tantangan juga peluang.
Dengan kata lain, globalisasi memiliki dampak-dampak positif dan
negatif. Salah satu dampak globalisasi dapat berupa bentuk-bentuk
proteksionisme baru. Meskipun batas-batas negara, perdagangan bebas
pada tahun 2003 ini mulai diberlakukan, namun demikian bentuk-bentuk
proteksionisme yang tidak kelihatan akan muncul. Oleh sebab itu, yang
dituntut di dalam masyarakat Abad 21 ialah kepemimpinan yang unggul
atau “super”.
Ulrich (1998) dalam
kaitan ini menawarkan empat agenda utama pengembangan kepemimpinan
pada abad ke-21 agar tetap menjadi “champion”,
adalah: (1) menjadi rekan yang stratejik, (2) menjadi seorang pakar,
(3) menjadi seorang pekerja ulung, dan (4) menjadi seorang “agent
of change”. Sebab,
menurut Ulrich, masyarakat pada Abad 21 adalah suatu masyarakat
mega-kompetisi. Pada Abad 21, tidak ada tempat tanpa kompetisi.
Kompetisi telah dan akan merupakan prinsip hidup yang baru, karena
dunia terbuka dan bersaing untuk melaksanakan sesuatu yang lebih
baik. Disisi lain, masyarakat kompetitif dapat melahirkan
manusia-manusia yang frustasi apabila tidak dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya. Masyarakat kompetitif dengan demikian, menuntut
perubahan dan pengembangan secara terus menerus.
Adapun
dampak negatif globalisasi atau lebih tegas lagi merupakan ancaman
antara lain ancaman terhadap budaya bangsa; lunturnya identitas
bangsa; lunturnya batas-batas negara bangsa; dan ancaman-ancaman
organisasional lainnya. Kesemuanya, apabila tidak segera dilakukan
perbaikannya bukan tidak mungkin akan mengancam kelangsungan hidup
suatu negara. Bahkan lebih dari itu, kesatuan dan persatuan suatu
bangsa dan negara dapat terkoyak dan terpecah belah. Dengan kata
lain, bahwa dampak globalisasi akan menjadi ancaman yang makin besar
dan serius, lebih-lebih apabila organisasi tidak memiliki
kepemimpinan yang kuat.
Kata
pengantar
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Makalah
yang bertemakan motivasi dan kepemimpinan ini agar dapat
menginspirasi pembaca sekalian untuk memiliki jiwa kepemimpinan yang
dapat merangkul bawahan dengan bijaksana dan sebaik sebaiknya hal
tersebut tidak dapat dipisahkan dengan motivasi dari internal maupun
eksternal yang sangat berguna
arena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Jakarta,
Maret 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
judul.................................................................................................1
kata pengantar..................................................................................................2
kontrak psikologi dalam organisasi.................................................................4
pentingnya
kepuasan dan semangat
kerja........................................................4
motivasi
dilingkungan
kerja............................................................................4-5
strategi untuk meningkatkan kepuasaan dan semangat kerja..........................5-6
teori
modifikasi
perilaku..................................................................................6-13
gaya manajerial dan kepemimpinan................................................................13-15
lampiran............................................................................................................16-17
penutup...............................................................................................................18
Kata
penutup
- ksimpulan:suatu kepemimpinan tidak hanya berdasarkan jabatan sifat serta sikapnya harus mencerminkan seseorang pemimpin yang ideal dengan sifat bijaksana serta peduli dengan bawahaannya seorang pemimpin pun harus memotivasi karyawannya agar karyawannya semangat dalam bekerja sehinga suatu perusahaan atau usaha yang dipimpin dapat berkembang secara pesat dan optimal yang menguntungkan bagi pemipin dan karyawan bekerja secara nyaman
dengan
ini kami meminta maaf jika ada kata kata yang tidak berkenan dihati
sekalian semoga makalah ini dapat menginspirasi dan memberika
aspirasi kepada pembaca sekalian untuk mengaplikasikannya sekian
terima kasih.
Lampiran
